Rokok Luffman Masuk Lewat Pelabuhan Tikus


Rokok Luffman Masuk Lewat Pelabuhan Tikus -  Karimun ,Peredaran rokok Luffman di Kabupaten Karimun yang berasal dari Batam diduga masuk melalui pelabuhan tikus.

Bahkan peredaran rokok tanpa menggunakan pita cukai ini sudah merambah ke masyarakat kalangan bawah dan diperjual belikan di beberapa supermarket dan warung-warung kecil.

Ironis, rokok yang diduga bisa merusak kesehatan ini dijual dengan harga murah Rp4.000 per bungkusnya.

Ketua LSM Kipra, Jhon Syahputra mengatakan, selama ini bisnis peredaran rokok ilegal ini tumbuh cukup pesat karena lemahnya pengawasan dari beberapa instansi terkait.

Bahkan dari informasi yang di peroleh kata Jhon, pengusaha rokok ini dengan bebas memperjual belikan rokok tersebut tidak terlepas dari bekingan dari pihak aparat penegak hukum.

"Maraknya peredaran rokok ini tidak terlepas dari lemahnya pengawasan pihak aparat dan instansi terkait lainnya. Dan persoalan ini sudah berlangsung sejak lama, namun tidak ada tanggapan dari pemerintah daerah. Padahal di satu sisi ini sudah jelas merugikan daerah. Mudahnya barang ilegal seperti rokok Luffman beredar di Karimun ini kalau tidak dari pelabuhan rakyat atau pelabuhan tikus, dari mana lagi barang itu masuk?," kata Jhon, Jumat (30/11/2012).

Untuk itu Jhon meminta pemerintah daerah segera meninjau kembali keberadaan pelabuhan rakyat yang ternyata dijadikan sebagai pelabuhan tikus atau jalan tikus.

"Harus dilihat izin pelabuhannya termasuk pengelolaan. Disamping itu pula pengawasannya harus dipertegas. Yang jelas keberadaannya telah menimbulkan kerugian terhadap negara dan daerah," katanya.

Terkait dengan rokok Luffman, Jhon mengatakan perlu diantisipasi para pelajar, karena harganya yang sangat murah akan memancing anak di bawah umur untuk ikut merokok.

"Keberadaan rokok ini sudah enam bulan yang lalu di sini. Harganya pun sangat murah dan banyak peminatnya. Karena ada empat jenis rasa dengan warna bungkus yang berbeda-beda," ujar salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

Warga tadi mengatakan, rokok Luffman tidak hanya beredar di Pulau Kundur tetapi juga beredar di Pulau Karimun. Masuknya rokok tersebut diduga melalui pelabuhan tikus.

Data yang dihimpun Haluan Kepri, pelabuhan tikus di Kabupaten Karimun secara keseluruhan jumlahnya mencapai 246 pelabuhan.Khusus Pulau Karimun Besar jumlah pelabuhan lebih dari 100 buah.

Jika diamati dari daratan, memang keberadaan pelabuhan tersebut tidak tampak sama sekali. Namun jika diamati dari laut, maka terlihat jelas pelabuhan-pelabuhan itu berjejer di sepanjang Pulau Karimun Besar.

Tim Haluan Kepri beberapa waktu lalu pun melakukan penelusuran sepanjang Pulau Karimun Besar. Penelusuran itu mulai dilakukan dari kawasan Tanjungbalai, Meral, Tebing hingga kembali ke Tanjungbalai guna mengamati aktivitas di atas pelantar kayu yang dihubungkan ke pelabuhan tikus.

Tampak berbagai aktivitas berlangsung di atas pelabuhan itu, diantaranya aktivitas bongkar muatan berbagai barang kelontong seperti sembako dari kapal ke pelantar.

Ada juga yang memindahkan muatan dari kapal besar ke kapal kecil atau yang biasa disebut pompong dan kapal ikan yang sedang memuat es dari pabrik pengolahan es.

Pelabuhan ilegal mumnya terbuat dari kayu, mulai dari tiang hingga lantainya, sehingga lazim juga disebut pelantar kayu.
Pelabuhan atau pelantar kayu itu ada yang langsung mengarah ke jalan raya dengan melewati lorong-lorong kecil.
Namun, kebanyakan pelantar kayu itu langsung menuju pintu gudang atau rumah pengusaha (touke) yang dibangun di atas permukaan laut.

Pengusaha yang tinggal di daerah pesisir menggunakan kapal sebagai alat transportasinya, dan hampir semua pengusaha atau touke di Karimun ini memiliki kapal sendiri dalam menjalankan usahanya.

Dengan kondisi seperti itu, sudah bisa ditebak bagaimana mudahnya pengusaha itu membongkar muat barangnya ke dalam gudang atau rumah mereka tanpa harus mengeluarkan biaya angkut, seperti yang dipungut di pelabuhan resmi.

Begitu mudahnya para pengusaha membongkar barang-barang muatan kapalnya di pelabuhan tikus itu memunculkan berbagai indikasi penyelundupan barang-barang impor yang jelas merugikan keuangan negara.
Sebab pemasukan barang tersebut tentu saja tidak dikenai bea dan cukai.

Selain itu, pelantar kayu juga kerap dijadikan sebagai lahan pemindahan penyalahgunaan BBM subsidi seperti yang pernah diamankan pihak kepolisian beberapa waktu lalu.
READ MORE - Rokok Luffman Masuk Lewat Pelabuhan Tikus

Patroli Brimob Antisipasi Penyelundupan Melalui Jalur Tikus


Patroli Brimob Antisipasi Penyelundupan Melalui Jalur Tikus - PONTIANAK, Mengantisipasi maraknya kasus penyelundupan melalui jalan tikus di kawasan perbatasan Kalbar-Indonesia dengan Serawak-Malaysia, sejak januari 2011 Polda Kalbar menggelar patroli satu regu Brimob. Seperti diungkapkan Direktur Operasional Polda Kalbar, Kombes Pol. Bobby Adoe, Jumat (30/12/2011) di Mapolda Kalbar.

Ia mengatakan patroli Brimob tersebut dilakukan selama 15 hari setiap bulannya sepanjang tahun. “Patroli ini sebagai langkah mengatasi kasus penyelundupan dijalur-jalur yang belum ada pos pengamanannya,” ujarnya. Selain itu, patroli untuk membantu pengaman di kawasan perbatasan terutama untuk yang jaraknya jauh antar titik pos pengamanan.
Menurutnya, langkah ini diambil oleh Polda Kalbar mengingat banyaknya jalan tikus di kawasan perbatasan. “Karena keterbatasan, dari 52 jalan tikus yang ada sepanjang perbatasan Kalbar-Serawak, kita bisa baru bisa menempatkan 9 pos pengamanan perbatasan dan kita baru bisa menempatkan 5 sampai 7 orang personil,” paparnya.
Patroli Brimob juga sebagai pendukung operasi perbatasan yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh lima polres yang memiliki kawasan perbatasan. “Patroli ini juga bekerjasama dengan TNI yang berjaga di kawasan perbatasan,” ungkapnya.
Memang selama tahun 2011 ini, patroli brimob ini belum melakukan penangkapan. Hal tersebut, menurut Bobby karena gencarnya razia-razia yang dilakukan oleh lima Polres yang memiliki wilayah perbatasan.
Sebelumnya, Kapolda Kalbar Brigjen Pol. Unggung Cahyono dalam paparan evaluasi kamtibmas tahun 2011 mengungkapkan kasus penyelundupan di Kalimantan Barat mengalami peningkatan 22 kasus, dari tahun 2010 yang hanya 21 kasus.
READ MORE - Patroli Brimob Antisipasi Penyelundupan Melalui Jalur Tikus

Jalan Provinsi Jadi Jalan Tikus


Jalan Provinsi Jadi Jalan Tikus - Jalan provinsi penghubung Kecamatan Tebingtinggi-Pasemah Air Keruh (Paiker) Kabupaten Empatlawang kondisinya sekarang ini sudah memprihatinkan. Selain badan jalan banyak berlobang, semak belukar yang tumbuh disekitaran jalan semakin menyempitkan badan jalan seperti yang disebutkan di masayarakat di sama saja di sebut jalan tikus.

Pantauan Sripoku.com di lapangan akhir pekan ini, sebagian besar jalan sepanjang 65 Km itu sudah banyak tertutup rumput tebas bayang itu, hingga naik ke badan jalan. Badan jalan pun semakin menyempit, yang dahulunya lebarnya sekitar 4 meter, kini tinggal separuhnya saja, bahkan tinggal selebar mobil kecil.

Oleh karena sempitnya jalan ini, pengguna terpaksa mengambil jalur tengah, sehingga seringkali terjebak dan nyaris terjadi lakalantas. Selain itu juga, kendaraan terutama kendaraan roda empat banyak tergores karena terserempet semak belukar yang keras.

Disesalkan, kondisi ini tampaknya belum mendapat perhatian dari pemerintah. Oleh karena itu, warga meminta pemerintah provinsi selaku penanggungjawab dan pemeliharaan jalan provinsi itu agar melakukan penebasan. Hal ini demi keselamatan pengguna jalan yang cukup ramai dilalui kendaraan.

“Jangan ada yang menjadi korban, karena tidak jarang jalan ini menyebabkan lakalantas akibat sempitnya badan jalan, bahkan ada yang tewas. Warga kita juga sudah ada yang menjadi korban, karena kendaraan sama mengambil jalur tengah hingga tabrakan adu kambing,” ujar Izhar, warga Desa Talanggodang.

Ditambahkan, selain menyebabkan rawan lakalantas, kondisi ini juga dimanfaatkan oleh para pelaku perampokkan, selain dengan leluasa melancarkan aksinya, juga menjadi tempat persembunyian mereka. “Bukan menjadi rahasia umum lagi, kalau jalan ini rawan perampokkan. Ini harus diperhatikan instansi terkait serta pemerintah yang bertanggungjawab dengan pemeliharaan jalan ini,” katanya.

Hal senada dikatakan Sefian, warga lainnya, sebagai masyarakat Paiker yang memanfaatkan jalan ini, karena memang akses utama sangat mengharapkan perhatian dari pemerintah. Karena jarak tempuh Paiker-Tebingtinggi atau sebaliknya memakan waktu cukup lama. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab masyarakat Paiker lebih memilih membawa hasil panen mereka ke Kabupaten Kepahiyang Bengkulu, karena dinilai jaraknya tidak terlalu jauh.

READ MORE - Jalan Provinsi Jadi Jalan Tikus